Sayatidak intensif melakukan ikhtiar relaktasi. Saya menyusui Akas on demand aja, ga dipersering. Saya juga melakukan aktivitas emak rumah tangga sehari-hari sendiri. Saya baca ada lho yang relaktasi itu sampai nginap di RS kayak dirawat inap, biar di RS fokusnya memang cuma untuk menyusui dan ngurus bayi. Bagiibu-ibu lain yang ingin dan sedang melakukan relaktasi, saya kirimkan salam senyum dan semangat. Insya Allah kalian pun bisa berhasil. Yang penting usaha, urusan hasil hanya milik Allah. Do the best, and let Allah do the rest :) Semoga Allah selalu merahmati dan menuntun saya menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Tak lupa saya Nembamenemukan 11 dari 12 ibu yang belum pernah menyusui mampu melakukan laktasi dalam 5-13 hari setelah mengikuti protokol induksi laktasi. Seema melaporkan tidak terdapat perbedaan keberhasilan relaktasi antar ibu yang baru memiliki anak satu dibandingkan dengan ibu yang sudah memiliki anak lebih dari satu orang. Prosesrelaktasi di nilai berhasil, ibu dan bayi diperbolehkan untuk pulang dan kontrol sesuai jadwal. Dengan dukungan yang tepat, informasi, dedikasi, relaktasi dapat dilakukan pada setiap wanita dan menghasilkan pengalaman yang membahagiakan dan berharga bagi ibu dan bayi. Kepercayaan diri dan keyakinan akan sangat membantu dalam Relaktasidapat dilakukan dengan diawali niat yang kuat untuk kembali menyusui. Ajak pasangan dan anggota keluarga serta orang-orang terdekat untuk mendukung ibu melakukan relaktasi. Semakin muda usia bayi, semakin mudah relaktasi dilakukan dan berhasil. Setelah membaca-baca mengenai relaktasi, saya dan suami pun sepakat untuk mempraktekannya. RELAKTASIUNTUK IBU MENYUSU Relaktasi ialah proses penyambungan semula penyusuan susu ibu selepas susu berkurangan atau kering berikutan kurangnya atau tiada langsung penyusuan langsung selama beberapa minggu atau bulan. Relaktasi biasanya melibatkan 2 inisiatif: 1. Membawa bayi supaya mahu semula minum daripada payudara ibu. . Tidak ada jaminan kisah menyusui seorang ibu akan berjalan semulus kulit bayi. Ada kalanya harus berhenti memberikan ASI karena berbagai faktor. Ketika akan memulai kembali, itu disebut fase relaktasi. Kabar baiknya, ini adalah hal yang sangat mungkin dilakukan. Relaktasi berarti memulai kembali menyusui bayi setelah periode tanpanya. Ekspektasi ibu harus realistis. Jangan lupa, sertakan support system terbaik agar tidak mudah merasa bersalah dan menghakimi diri sendiri. Faktor yang berpengaruh Tidak ada patokan berapa lama seorang ibu bisa kembali sukses menyusui buah hatinya. Ada yang perlu waktu beberapa minggu, ada pula yang lebih lama. Beberapa faktor yang turut berperan dalam kesuksesan relaktasi adalah Usia bayi Semakin kecil usia bayi, kemungkinan suksesnya relaktasi pun kian besar. Tingkat kesuksesan tertinggi ada pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-4 bulan. Frekuensi Seberapa sering seorang ibu menyusui dan memerah ASI juga tak kalah penting. Faktor fisiologis yang paling krusial adalah seberapa sering payudara mengosongkan ASI. Ini akan memberikan sinyal ke otak untuk segera memproduksi ASI. Suplai ASI Jumlah dan konsistensi suplai ASI pada masa sebelum berhenti menyusui juga berperan. Apabila suplainya terjaga dengan baik, akan jauh lebih mudah melakukan relaktasi. Edukasi Ibu yang paham betul tentang relaktasi akan lebih teredukasi dan siap dengan berbagai aspeknya. Ini juga berlaku pada orang-orang sekitar yang turut berperan mulai dari pasangan, orangtua, pengasuh, kerabat, dan siapapun yang ada di lingkaran terdekat. Semua harus paham apa itu relaktasi. Dukungan Mengingat proses ini tidaklah mudah, perlu ada dukungan dari orang-orang terdekat. Bukan hanya dari konselor laktasi, namun juga keluarga dan teman-teman. Ini juga berlaku untuk dukungan dari pekerjaan. Sebab, relaktasi juga memungkinkan sang ibu untuk mengambil cuti dari pekerjaan untuk sementara. Baca Juga10 Manfaat Kurma untuk Ibu Menyusui, Wanita Wajib TahuPenyebab Ibu Menggigil Kedinginan Setelah Melahirkan atau Saat MenyusuiKenali Gejala dan Bahaya Mastitis Payudara untuk Kepentingan Si Kecil Berapa lama prosesnya? Tubuh setiap individu akan merespons berbeda saat menjalani relaktasi. Namun, perubahan awal akan terlihat setelah mencoba selama 2 minggu. Beberapa pakar juga meyakini durasi ini bergantung pada berapa lama anak berhenti menyusu langsung. Rata-rata pada sebagian besar kasus, relaktasi sepenuhnya perlu waktu sekitar 1 bulan hingga berhasil. Namun tetap, ini bukanlah patokan mutlak. Jika prosesnya berlangsung lebih lama dari 1 bulan pun, ibu tak perlu menyalahkan diri sendiri. Di sinilah pentingnya dukungan serta pemahaman bahwa relaktasi bukan hal yang bisa dibanding-bandingkan. Proses menyusui adalah perjalanan yang begitu fleksibel. Terlebih bagi ibu yang sebelumnya sudah menyusui, tentu jadi lebih mudah untuk kembali ke pola sebelumnya. Lalu, berikut ini beberapa strategi sukses relaktasi 1. Perah atau menyusui sesering mungkin Suplai ASI sangat bergantung pada seberapa sering payudara dikosongkan. Baik lewat menyusui langsung maupun memerah ASI. Semakin sering payudara kosong tuntas, tubuh akan segera memproduksi ASI untuk mengisinya kembali. Jadi, lakukan hal ini pada tahap awal relaktasi. Meski hanya ada beberapa tetes ASI atau bahkan tidak ada sama sekali, tetap lakukan. Dalam satu minggu, akan terlihat perbedaannya. Stok kesabaran harus diperbanyak ketika berada di fase ini. 2. Pilih waktu yang tepat Dibandingkan dengan memerah ASI, terkadang relaktasi dengan cara menyusui langsung rentan penolakan. Wajar, sebab bayi sedang terbiasa dengan metode menyusu lain semisal dari sendok, pipet, atau botol dot. Ada fenomena yang disebut dengan bingung puting. Oleh sebab itu, pilih waktu yang tepat untuk menawarkan menyusui langsung. Contohnya sebelum tidur, setelah mandi, atau ketika sedang melakukan skin-to-skin. Memberikan ASI ketika mereka setengah terlelap juga bisa menjadi pilihan tepat. 3. Perlekatan yang tepat Menyusui bukan sesederhana menempelkan payudara ke mulut bayi saja. Perlu ada perlekatan antara lidah dan mulut bayi ke arah areola payudara. Teknik hisapannya pun khusus agar bisa efektif mengeluarkan ASI. Kemudian, ibu perlu menyusui secara responsif sesering mungkin. Ketika masih kesulitan dengan proses perlekatan ini, jangan segan meminta bantuan konselor laktasi. Ahlinya akan membantu melihat di mana kekurangan dari proses perlekatan dan memperbaikinya. 4. Tetap berikan sumber nutrisi lain Ketika proses relaktasi berlangsung, sebaiknya tetap berikan sumber nutrisi lain apapun itu bentuknya. Mungkin lewat ASI perah yang diberikan lewat media lain, atau susu formula. Ini penting agar kebutuhan nutrisi seiring dengan pertumbuhan bayi tetap terpenuhi. 5. Bangun ikatan Ikatan antara ibu dan bayi sungguh luar biasa. Oleh sebab itu, jangan segan menyampaikan kepada si kecil tentang proses relaktasi ini. Mereka bisa mengerti afirmasi positif yang disampaikan ibunya. Selain dengan kata-kata, lakukan juga kontak langsung seperti berpelukan, skin-to-skin, atau bermain bersama sesering mungkin. Ini dapat memproduksi prolaktin yang bisa meningkatkan suplai ASI. 6. Jangan ragu mencoba Ada banyak sekali tips untuk membantu suksesnya relaktasi. Ibu tak perlu ragu mencoba, bahkan mulai dari hal sederhana sekalipun. Contohnya dengan sedikit memijat payudara sehingga ASI keluar sebelum menempelkannya ke mulut bayi. Banyak opsi yang ada, tak ada salahnya mencoba. Tak kalah penting, jangan membuat ekspektasi terlalu tinggi saat menjalani proses relaktasi. Ini justru akan membuat prosesnya rentan gagal dan memicu frustrasi. Tetap sabar dan konsisten mencoba. Baca JugaBayi Menggigit Saat Menyusu? Ini 7 Penyebab dan Cara MengatasinyaJus Pare untuk ASI, Sudah Terbukti untuk Melancarkan?Mengenali Kondisi Kesehatan Lewat Warna Pup Bayi Pup Berwarna Hitam, Bahaya atau Tidak? Ingat pula bahwa menyusui dengan cara langsung, lewat media lain, atau memberikan susu formula, bukan penentu apakah Anda ibu yang berhasil atau tidak. Sumber kedekatan atau bonding dengan si kecil juga bukan hanya diukur dari proses ini saja. Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar proses relaktasi dan potensi kegagalan yang perlu diantisipasi, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play. Bunda sempat berhenti menyusui bayi dan ingin menyusuinya kembali, memangnya bisa? Bisa, Bunda. Dalam dunia medis, hal ini disebut dengan istilah relaktasi. Bagaimana cara melakukan relaktasi dan berapa lama proses itu dilakukan hingga si kecil bisa menikmati ASI Bunda kembali? Simak penjelasannya di bawah ini, ya. Pengertian Relaktasi Bagi beberapa perempuan, menyusui tidaklah selalu mudah untuk dilakukan. Ada dari mereka yang kemudian berhenti menyusui karena alasan pekerjaan, masalah kecemasan, atau pemulihan pascapersalinan yang sulit. Berita baiknya, apa pun alasan Bunda berhenti menyusui, Anda bisa, kok, menyusui bayi Anda kembali. Kesempatan kedua menyusui ini disebut dengan relaktasi. Secara ilmiah Centers for Disease Control and Prevention CDC menjelaskan relaktasi sebagai proses ketika ibu membangun kembali laktasi payudara menghasilkan ASI setelah berhenti selama beberapa waktu minggu atau bulan. Relaktasi dapat berlaku pada ibu yang sebelumnya pernah menyusui bayinya dan sekarang ingin memberikan ASI kembali kepada anak angkat, bayi dari pasangan yang lain, atau bayi yang dilahirkan oleh ibu pengganti. Tujuan Relaktasi Ada banyak tujuan dari relaktasi, yakni Masalah prosedur medis atau penyakit yang menyebabkan penyapihan lebih awal dari yang diinginkan ibu dan ibu ingin menyusui kembali. Pernah menyusui bayi kandung dan sekarang ingin bisa menyusui untuk bayi angkat atau bayi yang lahir dari ibu pengganti surrogate mother. Ibu nonlahir yang menyusui sebelumnya dan ingin menyuplai pasokan ASI untuk memberi makan bayi lain. Bayi ternyata tidak menoleransi susu formula dan ingin menyusuinya kembali. Berada dalam masa-masa yang tidak pasti, seperti keadaan darurat dari bencana alam atau wabah penyakit sehingga merasa perlu dan aman untuk menyusui bayinya kembali. Faktor yang Memengaruhi Relaktasi Sukses Proses laktasi yang terjadi di awal pascapersalinan saja tidak semuanya berjalan dengan mulus, bagaimana dengan relaktasi? Ya, proses relaktasi memang membutuhkan banyak usaha, waktu hingga kesabaran dan ketekunan, baik bagi ibu yang sebelumnya pernah menyusui bahkan yang belum pernah sama sekali. Dan hasilnya pun pada setiap ibu berbeda. Namun sekali lagi, bukan berarti tidak akan berhasil sama sekali, ya. Melansir laman Healthline, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan relaktasi, yaitu Semakin muda usia bayi, semakin mudah relaktasi dilakukan. Ibu dengan bayi dalam rentang 3 hingga 4 bulan biasanya memiliki tingkat keberhasilan tertinggi. Semakin baik persediaan ASI Anda sebelum disapih, semakin mudah untuk membangunnya kembali. Lalu, semakin banyak waktu yang Bunda miliki untuk mencoba menyusui dan memompa, semakin cepat ASI keluar lagi. Sebab, menyusui dan pemompaan yang sering dan efektif adalah faktor fisiologis terpenting untuk relaktasi. Semakin Bunda semangat untuk menyusui bayi, semakin mudah proses relaktasi dilakukan. Semakin Bunda terdidik tentang cara kerja relaktasi, semakin sukses Anda melakukannya. Tak luput, semakin banyak dukungan yang Bunda dapatkan dari keluarga, teman, dan penyedia layanan kesehatan, semakin besar kemungkinan Anda untuk bertahan dan tidak menyerah. Nah, bagaimana, Bunda, apakah Anda memiliki semua faktor sukses di atas? Cara Kerja Relaktasi dan Waktu yang Dibutuhkan Cara kerja relaktasi sebenarnya sama dengan laktasi, yaitu proses penawaran dan permintaan ASI pada yang membutuhkan. Di dalam proses ini diperlukan adanya Stimulasi puting susu Ekstraksi susu Stimulasi puting susu bisa dilakukan dengan memompa menggunakan alat pompa atau tangan, dan/atau menyusui bayi langsung melalui payudara untuk membangun kembali produksi ASI. Penting bagi Bunda untuk menetapkan harapan pribadi yang realistis dalam hal relaktasi ini –mengingat kondisi tiap ibu berbeda. Relaktasi bisa menjadi proses yang sangat memakan waktu. Ditambah lagi, dukungan dari orang sekitar juga sangat memengaruhi motivasi dan dedikasi Bunda terhadap berjalannya proses ini. Ada yang payudaranya sudah memproduksi ASI dalam kurun waktu beberapa hari sejak awal stimulasi puting dimulai, tetapi ada juga yang sampai memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Hal ini juga tergantung pada lamanya jeda Anda menghentikan laktasi hingga kemudian memulai relaktasi kembali. Di sisi lain, reaksi tubuh ibu juga berbeda terhadap upaya relaktasi. Bunda bisa melakukan evaluasi di 2 minggu pertama setelah mencobanya. Beberapa ahli percaya bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk berelaktasi kira-kira sama dengan berapa lama sejak Anda menyapih bayi. Penulis buku Breastfeeding Answers Made Simple Nancy Mohrbacher, IBCLC, mengatakan dalam bukunya, rata-rata ibu membutuhkan waktu rata-rata sekitar 1 bulan untuk mendapatkan relaktasi penuh. Cara Relaktasi Paling Efektif Produksi ASI sangat bergantung dari seberapa sering Bunda menyusui. Begitu juga dengan relaktasi, sangat membutuhkan stimulasi yang intens pada payudara Anda. Setiap rangsangan pada payudara –apakah itu ASI yang keluar pertama kali atau bukan– akan memberi tahu tubuh Anda untuk memproduksi lebih banyak ASI. Awalnya mungkin Bunda hanya akan melihat tetesan ASI, tetapi jika Anda terus menyusui atau memompa, Anda akan mulai melihat peningkatan dalam waktu sekitar satu minggu. Sedikit kesabaran Anda akan sangat membantu dalam hal ini. Untuk menginduksi pasokan susu yang optimal, setidaknya Bunda perlu menyusui atau memompa sebanyak 8-12 kali setiap hari atau setiap 2-3 jam, termasuk sekali pada malam hari. Ya, ini memang proses yang panjang, tetapi memang begitulah cara kerjanya. 1. Hand Express atau Pompa ASI Ini adalah salah satu metode paling umum untuk menstimulasi ASI. Dengan cara ini, Anda bisa memompa ASI secara manual dengan tangan ataupun pompa ASI sesering mungkin. Langkah ini dapat merangsang prolaktin, hormon utama untuk produksi ASI. 2. Cara Relaktasi Langsung dari Payudara Melakukan kontak langsung dari kulit-ke-kulit dengan bayi Anda akan merangsang refleks secara alami dan tentu saja mempererat bonding. Anda pun bisa mencoba mandi bersama, kemudian menggendongnya menempel di dekat payudara seperti yang Anda lakukan ketika ia baru saja lahir. 3. Hindari Menggunakan Botol Alih-alih menggunakan botol untuk memberikan ASIP, Bunda bisa menggunakan cup feeder. Langkah ini bisa mencegah si kecil mengalami bingung puting dan membuatnya lupa dengan dotnya, sehingga mau mengisap payudara ibu kembali. 4. Jangan Menggunakan Empeng Tak hanya dot, salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah jangan mendorong anak untuk bergantung pada empeng untuk mendapatkan kenyamanan. Perlu digarisbawahi bahwa langkah utama dan yang paling penting justru melakukan kontak kulit ke kulit dan menyusui adalah cara yang baik menenangkan bayi Anda. 5. Coba Ubah Posisi Menyusui Cobalah posisi baru untuk membantu pelekatan menyusui lebih baik. Cari posisi tepat dan nyaman untuk ibu dan bayi. Jika bayi merasa tidak nyaman dengan posisinya, maka sediakan waktu untuk berdekatan lebih lama. Usahakan selalu berkomunikasi dengan bayi saat melakukannya. Bunda bisa juga, lo, mengajaknya berbicara tentang proses relaktasi yang sedang kalian lalui bersama. 6. Tak Usah Terburu-buru, Bersabarlah Salah satu cara yang tidak boleh disepelekan menganggap bahwa proses ini mudah untuk dilakukan. Jangan berharap proses ini memberikan hasil yang instan. Pasalnya, si kecil bisa saja akan menolak untuk menyusui selama 1-2 minggu sebelum ia kembali terbiasa. Untuk itu, bersabarlah, Bunda. 7. Kontak Konselor Laktasi untuk Tahu Cara Relaktasi Tak perlu ragu untuk meminta bantuan orang lain. Jika merasa memerlukan bantuan praktisi dalam menerapkan langkah-langkah kembali menyusui, tidak ada salahnya jika menghubungi konselor laktasi. 8. Realistik Bergantung pada berapa lama Anda berhenti menyusui, Anda mungkin merasa sulit untuk mendapatkan kembali suplai ASI penuh. Yakinlah bahwa meskipun Anda hanya menghasilkan sedikit, bayi Anda akan mendapat manfaat dari ASI yang dapat Anda berikan, serta waktu yang Anda habiskan untuk berhubungan dekat satu sama lain. Tips Bila Bayi Menyusui Langsung dan Tidak Langsung Jika Bayi Bunda Mau Menyusu Langsung Tawarkan payudara sebelum tidur, setelah tidur siang, setelah mandi, atau selama waktu skin-to-skin. Biarkan bayi menyusu sesering yang mereka inginkan. Pastikan bayi menempel dengan baik, mengambil bagian puting dan areola Bunda dengan baik dan mengisap dengan efektif. Pertimbangkan untuk Bunda mengonsumsi suplemen menyusui untuk membantu merangsang produksi ASI Anda. Habiskan banyak waktu untuk melakukan skin-to-skin dengan bayi. Semakin sering si kecil menempel pada payudara Anda, ini semakin bagus untuk meningkatkan kadar prolaktin yang juga dapat meningkatkan suplai ASI Anda. Cobalah menyusui 8-12 kali sehari, dengan setidaknya dua kali menyusui di malam hari, selama 15 hingga 20 menit per sesi. Isapan bayi Anda lebih efektif untuk membuat hormon Anda memproduksi ASI daripada pompa payudara. Pada awalnya, mengutip laman WebMD, Bunda mungkin perlu menyusui bayi Anda hingga belasan kali sehari termasuk dua sesi malam hari agar ASI Anda mengalir. Cobalah menyusui bayi Anda selama 15 hingga 20 menit setiap kali. Jika Bayi Tidak Mau Menyusu Langsung atau Malas Menyusu Pompa ASI sesering mungkin untuk memastikan Bunda mencapai tujuan merangsang dan mengosongkan payudara setiap 2-3 jam atau lebih. Selesaikan setiap sesi menyusui dengan pemompaan selama 5-10 menit. Ini akan memastikan bahwa payudara Anda benar-benar terkuras, yang pada gilirannya akan membantu merangsang produksi ASI. Melansir laman What to Expect, disarankan agar Bunda mencoba menambahkan dalam sesi pemompaan daya harian, yang meningkatkan suplai ASI Anda dengan meniru menyusui bayi secara berkelompok ini sering terjadi selama percepatan pertumbuhan. Selama satu jam sehari, pompa selama 20 menit, istirahat selama 10, pompa selama 10, istirahat selama 10 dan kemudian pompa selama 10 menit tersisa. Pastikan pompa Anda berfungsi dengan baik. Pertimbangkan untuk menyewa atau membeli pompa ASI seperti yang dimiliki rumah sakit untuk efektivitas maksimum. Pijat area payudara sebelum memompa ASI untuk membantu meningkatkan produksi ASI. Makanan untuk Membantu Relaktasi Untuk menghasilkan ASI yang banyak dan baik, Bunda bisa membantunya dengan mengonsumsi makanan ini. Resep obat dari dokter. Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk membantu meningkatkan produksi ASI. Namun, obat ini lebih diperuntukkan jika Bunda mengadopsi bayi dan belum pernah menyusui sebelumnya. Ramuan Fenugreek. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawanya yang mirip estrogen pada fenugreek buah dari tanaman herbal yang mirip semanggi dapat membantu Bunda menghasilkan lebih banyak susu. Fenugreek biasanya dijual dalam bentuk teh. Namun, sangat sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efek samping apa yang mungkin terjadi pada bayi dan ibu perempuan dengan riwayat kanker sensitif hormon tidak bisa mengonsumsi ini. Sebelum Anda mengonsumsi fenugreek atau suplemen lainnya, konsultasikan ini dengan dokter atau konsultan laktasi Anda. Minum banyak air. Havermut. Oatmeal, kandungan utama havermut, merupakan sumber zat besi yang sangat tinggi –setengah cangkir gandum kering memiliki sekitar 2 mg zat besi, atau sekitar 20 persen dari apa yang dibutuhkan ibu menyusui per hari. Biji adas. Biji adas yang renyah dan beraroma licorice sering terkandung dalam kue-kue untuk laktasi. Rempah ini juga mengandung senyawa mirip estrogen yang dapat meningkatkan suplai ASI. Beberapa penelitian kecil telah menemukan bahwa konsumsi biji adas memang dapat meningkatkan suplai ASI, serta penambahan berat badan bayi. Namun, masih diperlukan lebih banyak penelitian skala besar lagi seputar manfaat menyusui dari biji adas ini. Daging dan unggas tanpa lemak yang kaya akan zat besi dan merupakan kunci suplai ASI. Namun, tidak ada penelitian yang menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi daging dan peningkatan produksi susu. Bawang putih. Tidak banyak penelitian yang mendukung klaim bahwa bawang putih dapat meningkatkan suplai ASI, selain satu penelitian kecil yang menemukan bahwa bayi yang ibunya diberi kapsul bawang putih menyusu 30 persen lebih lama daripada ibu yang menerima plasebo. Galactagogue. Menambahkan galactagogue suatu substansi/obat yang dapat meningkatkan suplai ASI ke dalam makanan, ramuan, atau obat resep apa pun yang Bunda konsumsi katanya dapat membantu meningkatkan suplai ASI. Jangan Anda merasa sendirian saat melakukan ini, Bunda. Sangat penting untuk memiliki sistem pendukung emosional saat Anda mencobanya. Bunda bisa mencari dukungan dari pasangan, keluarga besar, sahabat, atau konselor laktasi. Semua ibu bahkan Anda memiliki peluang besar untuk sukses dalam relaktasi. Tetaplah semangat dan bersabar. Keberhasilan Anda akan menjadi cerita sukses di masa depan, dan tentunya kesehatan optimal bagi buah hati Anda. Artikel diupdate oleh Ester Sondang Artikel ini disadur dari artikel Deepshikha Punj, theAsianparent Singapura Baca juga Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. Proses menyusui tidak selalu mudah, karena beberapa ibu terbentur rintangan seperti produksi ASI yang sedikit, masalah pada payudara, kondisi medis, stres, kondisi psikososial, dan lain-lain. Itu semua bisa mengakibatkan ibu terhenti menyusui lactation failure. Jika Anda mengalaminya, tak perlu terlalu khawatir karena Anda bisa kembali menyusui lewat proses relaktasi. Yuk, ketahui lebih lanjut apa saja kiat sukses demi keberhasilan ibu di luar sana tahu bahwa ASI punya segudang manfaat untuk bayi. Mulai dari kandungan gizinya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, hingga antibodi yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh bayi dari berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa ASI dapat menurunkan angka kematian pada bayi. Inilah mengapa, ASI sering disebut sebagai makanan terbaik bagi bayi. Sebagian besar ibu mengusahakan untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua ASI memang sangat dianjurkan, tetapi sayangnya tidak semua ibu bisa dengan mudah dan lancar menyusui bayinya. Dalam perjalanannya, tak sedikit ibu yang kerap menemukan kesulitan sepertiKurangnya produksi ASI low milk supplyMasalah pada payudara, misalnya puting datar atau retraksiAdanya penyakit pada ibu, misalnya tuberkulosisKondisi psikososial seperti ibu bekerjaMinimnya pengetahuan ibu mengenai proses menyusuiStres pascapersalinanItu semua bisa membuat ibu terhenti menyusui. Kendati demikian, jangan sampai menyerah karena ibu dapat kembali menyusui lagi lewat proses Sukses Keberhasilan RelaktasiRelaktasi adalah praktik menyusui kembali bayi langsung ke payudara setelah selama waktu tertentu berhenti menyusui, atau menyusui secara parsial memberikan ASI dengan tambahan susu lain selain ASI karena berbagai prinsipnya, relaktasi bertujuan untuk memicu pengeluaran hormon oksitosin melalui gerakan mengisap payudara oleh bayi. Dengan demikian, produksi ASI perlahan akan meningkat, sehingga akhirnya cukup untuk diberikan kepada bayi. Teknik relaktasi sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sudah banyak kisah ibu yang akhirnya sukses kembali menyusui bayinya setelah proses memang tidak mudah. Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan relaktasi, yaituTekad kuat untuk kembali menyusui bayiStimulasi terus-menerus pada putingLingkungan atau orang-orang di sekitar yang suportifJika ketiga faktor di atas terpenuhi, kemungkinan keberhasilan relaktasi meningkat. Untuk mencapainya, simak kiat suksesnya di bawah Lainnya 3 Jenis ASI yang Wajib Diketahui Ibu BaruHentikan penggunaan botol dotBotol dot secara tidak langsung mengubah gerakan menyusui bayi, sehingga akan kurang maksimal ketika menyusui langsung di payudara. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan saat relaktasi adalah menghentikan pemberian susu menggunakan botol ASI perah atau susu formula menggunakan cangkir atau sendok agar bayi lupa pada dot dan mau mengisap payudara ibu. Mulailah menawarkan payudara saat waktunya bayi untuk mungkin bayi akan gelisah, sehingga menyebabkan waktu mengisapnya hanya sebentar. Namun, jangan menyerah! Lakukan terus hingga bayi terbiasa dengan gerakan menyusui di bayi pada payudara ibu juga merupakan upaya paling efektif untuk menstimulasi puting payudara dan memicu produksi hormon oksitosin yang meningkatkan produksi Lainnya 4 Tips Memilih Ukuran Dot Sesuai Umur BayiKontak kulit dengan bayiPada relaktasi, frekuensi kontak kulit skin-to-skin contact antara ibu dan bayi harus ditingkatkan. Kontak ini tak hanya dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, tetapi juga bisa memicu hormon yang memproduksi ASI. Selain itu, bayi juga dapat mencium aroma tubuh ibunya, sehingga meningkatkan keinginan untuk menyusui langsung di memerah payudaraDi antara waktu menyusui bayi, Anda harus rutin memerah payudara. Memerah payudara dapat dilakukan dengan tangan hand expression ataupun menggunakan pompa ASI. Ingat, yang terpenting dalam proses ini adalah stimulasi tubuh untuk mengeluarkan hormon laktasi. Kalaupun saat Anda memerah tidak ada ASI yang keluar, jangan langsung patah waktu dan lingkunganRelaktasi kerap memakan waktu yang cukup panjang. Karena itu, bila Anda bertekad untuk kembali menyusui bayi secara langsung, siapkan waktu khusus untuk memulai proses lupa juga beri tahu pasangan, keluarga, serta sahabat mengenai niat mulia ini, karena dukungan penuh dari mereka juga turut menentukan keberhasilan ibuHal penting lainnya yang tak boleh terlewatkan selama proses relaktasi adalah pemenuhan nutrisi ibu yang yang lengkap dan seimbang. Mulai dari kandungan lemak, protein, hingga mikronutrien. Bila perlu, konsumsi susu khusus ibu menyusui yang mengandung vitamin B2 dan B12 untuk membantu produksi ASI, sekaligus omega-3 dan DHA untuk kecerdasan otak si Lainnya Nutrisi Penting yang Dibutuhkan Ibu MenyusuiJika Anda sempat terhenti menyusui dan ingin kembali menyusui buah hati, jangan menyerah dan lakukan kiat-kiat di atas demi keberhasilan relaktasi. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konsultan laktasi mengenai niat untuk menjalani relaktasi. Nantinya, Anda akan didampingi dalam tiap prosesnya. Relaktasi memang tidak mudah, tetapi dengan motivasi kuat, dukungan keluarga, serta ditunjang dengan pemenuhan gizi yang diperlukan, Anda bisa berhasil kembali menyusui si Kecil.RN/ RHMenyusuiASIBayiIbu MenyusuiRelaktasiKiat Sukses RelaktasiKembali Menyusui BayiLactation Failure Tinggal beda kota dengan Ibu sejak duduk di bangku SMP ibarat sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku, sampai saat aku sudah bekerja sekarang. Rasa rindu pada Ibu yang menggebu memang tak terelakkan, jika hal-hal yang tak menyenangkan datang. Dan pada saat itu, pelukan ibu cenderung lebih melegakan sekaligus menenangkan. Salah satu hal yang juga sangat kita dambakan. Tapi hidup itu pilihan, kan ya? Ada dua sisi yang tak mampu dihindari saat kita sudah menentukan pilihan. Tak jarang banyak hal yang tak kita sukai dan kerap pula tak sedikit hal yang pantas disyukuri. Nah, inilah beberapa momen yang patut kita syukuri sebagai anak saat situasi tak memungkinkan untuk bisa terus-menerus melakukan aktivitas bersama Ibu, sosok luar biasa yang tak henti berdoa untuk kebaikan dalam hidup kita. 1. Ketika memasak bersama Ibu saat pulang ke kampung halamanRitual pagi hari yang mau tak mau kita lakoni, membantu Ibu di dapur. Jika di tanah rantau, kita cenderung memilih cara yang praktis apalagi soal mengisi perut. Kita tak mau repot dengan pergi ke pasar, memasak lalu menikmati hasil olahan sendiri. Ah, bagi sebagian perempuan, proses itu cenderung kurang efisien dari segi waktu. Ya, efek positifnya memang kita bisa belajar sisi efektif juga ditunjang dengan maraknya penggunaan aplikasi pesan antar makanan online yang iklannya hampir tiap hari kita jumpai di jalan dan tayang sebagai iklan di televisi. You all know guys, pada saatnya nanti, setiap perempuan akan menjadi Ibu. Memasak adalah salah satu skill yang harus dan mau tak mau kita lakukan. Jika di kampung halaman, sepatutnya kita membantu meringankan salah satu pekerjaan rutin Ibu, acap kali, kita kurang percaya diri tentang kemampuan kita dalam masak-memasak. Ah, bukankah tahap belajar itu dimulai ketika fase terpaksa’? Nah, dengan membantu Ibu memasak, kita secara langsung belajar memasak. Mulai dari mengupas bahan-bahan yang akan dimasak, mencuci sayuran dan mengolahnya jadi makanan yang siap Ketika berbelanja bersama IbuBagi anak rantau yang disibukkan dengan urusan pekerjaan atau perkuliahan, waktu hangout bersama Ibu menjadi momen mahal nan jarang. Hal itu akan menjadi kenangan yang senantiasa dirindukan. Jika di tanah orang kita cenderung mandiri, apa-apa dilakukan sendiri. Pun begitu juga dengan ibu yang tinggal di kampung halaman. Tak ada anak yang memboncengkan dengan motor dan tak ada yang menemani ke sana ke mari termasuk berbelanja kebutuhan Ketika aku berbagi cerita ke IbuRasa rindu pada Ibu tak melulu reda lewat pelukan. Tak jarang, ia menjelma menjadi sikap sabar seorang Ibu tatkala menghadapi celoteh dan ceriwis anaknya dalam bercerita. Ya, bercerita tentang apapun; pengalaman, pekerjaan, harapan, keluh-kesah, hobi, mimpi, seseorang yang sedang disukai atau yang lainnya. Bersama Ibu, tempat paling nyaman dan terpercaya dalam menampung cerita. Beliau akan dengan senang hati mendengarkan, memberi masukan, dan sesekali menegur jika ada hal-hal yang menurutnya kurang pantas Ketika makan di luar bersama IbuSebagai anak rantau, semestinya aku bersyukur jika Ibu kerap menjenguk di kota tempatku menghidupkan mimpi dan memperjuangkan apa-apa yang pantas untuk diusahakan semaksimal mungkin. Ibu dengan sikap legawanya memahami jika saat-saat tertentu aku tak selalu bisa pulang. Beliau cenderung mengalah untuk menyambangiku di sini, kota di mana aku menemukan passion yang ingin bersama, meski di warung pinggir jalan nan sederhana dengan rentang waktu seminggu sekali bahkan dua minggu sekali memang membahagiakan. Memang momen itu penting, tetapi tentang siapa yang menemani itu juga tak kalah penting. Hmm, tentunya Ibu yang kita harapkan untuk selalu ada di setiap hari saat kita bangun tidur dan menjadi sosok penting yang kita pinta doa sekaligus ridho tanpa Ketika menemani Ibu menghadiri undangan pernikahanMenjadi anak yang belum menggenap alias menikah dengan waktu yang juga tersedia dan jadwal kerja yang hanya lima hari saja. Hal itu membuat Ibu tak jarang memintaku untuk menemaninya datang ke momen sakral anak temannya masa sekolah dulu. Tak tega membiarkan beliau hadir sendiri, tanpa ada yang menemani dan mengantar, membuatku melapangkan hati untuk menyanggupi. Rasa keengganan kusembunyikan perlahan demi Ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan. “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ” Beberapa hal bisa membuat ibu berhenti menyusui, baik itu alasan medis ataupun nonmedis. Hal ini akan membuat payudara berhenti memproduksi ASI. Relaktasi adalah upaya untuk mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti. Relaktasi biasanya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, namun memutuskan untuk memulai lagi. Seorang ibu bisa saja berhenti menyusui karena alasan sakit atau karena sejak awal memang kesulitan untuk menyusui. Bila ibu sempat berhenti menyusui, tidak ada lagi rangsangan untuk memproduksi ASI dan tubuh akan mengira bahwa ASI sudah diperlukan lagi. Oleh karena itu, produksi ASI akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa menyusui anaknya lagi setelahnya. Walaupun tidak mudah dan membutuhkan ketekunan, ada cara yang bisa dilakukan untuk ibu relaktasi dan mengembalikan produksi ASI. Faktor yang Meningkatkan Keberhasilan Relaktasi Tingkat keberhasilan relaktasi berbeda-beda pada tiap orang. Kegagalan relaktasi mungkin saja terjadi. Namun, ada ibu yang berhasil mengeluarkan ASI kembali dalam beberapa hari atau minggu, meskipun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama dari itu. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan keberhasilan ibu menyusui dalam melakukan relaktasi adalah Usia bayi masih di bawah 3–4 bulan Adanya kemauan yang tinggi untuk kembali menyusui bayi Cara melakukan relaktasi yang tepat Dukungan yang besar, baik dari pasangan, keluarga, atau teman Kenali Beragam Tips Melakukan Relaktasi Bagaimanakah cara untuk melakukan relaktasi yang tepat? Yuk, ketahui caranya di bawah ini Sering menempelkan puting ke mulut bayi Cobalah untuk menyusui Si Kecil setiap 2 jam sekali, selama 15–20 menit, walaupun ASI tidak keluar. Semakin sering Bunda menempelkan puting ke mulut Si Kecil, semakin besar kemungkinan ASI akan kembali mengalir. Apabila Si Kecil belum tertarik untuk menyusu, jangan memaksanya dan coba lagi di jam-jam berikutnya. Sering memerah payudara untuk merangsang produksi ASI Memerah payudara dapat dilakukan 3–4 kali sehari dengan menggunakan pompa maupun tangan. Tindakan memerah ini sama dengan saat bayi mengisap puting ibu sehingga dapat merangsang payudara untuk memproduksi ASI kembali. Rutin mengonsumsi makanan peningkat produksi ASI Konsumsilah makanan-makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI booster ASI, seperti bayam, alpukat, bawang putih, kacang-kacangan dan biji-bijian. Bila perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mengonsumi suplemen penambah ASI. Bila ASI belum kunjung keluar atau Si Kecil masih lebih memilih minum susu formula melalui dot, Bunda dapat memberikan susu formula dengan posisi seperti menyusui dari payudara. Caranya adalah dengan meletakkan dot persis di atas puting Bunda. Dengan begini, Si Kecil bisa terbiasa dengan posisi menyusu seperti ini. Proses memulai relaktasi hingga bisa menyusui seperti biasa bisa melelahkan dan sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan niat yang kuat sedari awal memulainya. Tanamkan pula rasa optimis bahwa Bunda bisa kembali memproduksi ASI dan Si Kecil akan terbiasa lagi untuk menyusu. Jika Bunda tidak kunjung berhasil melakukan relaktasi, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli laktasi. Kemungkinan Bunda memerlukan pemeriksaan atau bimbingan dari tenaga profesional untuk bisa menyusui kembali.

pengalaman ibu yang berhasil relaktasi